Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami isteri untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1-2 tahun tanpa kontrasepsi. Menurut dr. Abdullatif, Sp.OG,
Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita, kebanyakan masyarakat sekarang
ini selalu memposisikan wanita sebagai pihak penyebab kegagalan dalam
memperoleh momongan. Padahal, masalah gangguan kesuburan (infertilitas), paling besar berasal dari faktor suami.
"Sekarang ini telah
diketahui bahwa gangguan kesuburan (infertilisasi) pada suami, merupakan
penyebab utama gangguan kesuburan pada sekitar 20 persen pasangan
infertil serta merupakan faktor penunjang yang penting pada 20-40 persen
pasangan infertil yang lain," jelasnya, saat seminar awam "Harapan Baru
Untuk Mendapatkan Buah Hati", Sabtu, (18/6/2011).
Abdullatif
mengungkapkan, gangguan kesuburan pada suami bisa disebabkan oleh
berbagai sebab. Sialnya, sebagian besar gangguan kesuburan infertilitas
pada suami belum diketahui penyebabnya.
Meski begitu, Abdullatif
memaparkan, ada 4 (empat) hal yang umumnya menjadi penyebab gangguan kesuburan pada pria. Pertama, bentuk anatomi dan fungsi organ reproduksi Suami. Gangguan kesuburan pada suami bisa disebabkan oleh
kelainan bawaan, infeksi trauma, atau akibat pembedahan. Kelainan bawaan
muara saluran kemih pada pangkal bawah penis menyebabkan gagalnya
peletakan air mani di vagina dalam.
Kedua, kesehatan tubuh secara umum suami. Diabetes mellitus bisa menyebabkan impotensia dan gangguan fungsi leher kandung kencing, sehingga air mani bukan diejakulasi keluar penis, tetapi masuk ke dalam kandung kencing. Selain itu, penyakit yang
menimbulkan panas (demam) bisa mengakibatkan penurunan jumlah sperma
dan penurunan motilitas sperma.
Ketiga, pola hidup (kebiasaan) suami. Pola hidup tertentu bisa mempengaruhi kesuburan seorang pria,
antara lain: aktifitas fisik yang kurang, gizi kurang, hubungan seksual
yang bebas, mengkonsumsi antibiotik (sulfasalazin,eritromisin dan
tetrasiklin), sering terpapar secara aktif radiasi elektromagnetik
(penggunaan handphone).
Keempat, keadaan kejiwaan suami. Stres
kejiwaan yang berlangsung lama bisa menyebabkan penurunan kualitas
sperma, dan bagitu pula penanggulangan stres kejiwaan dengan obat anti
depresan, bisa menyebabkan penurunan jumlah sperma.
"Tekanan
kejiwaan yang berat pada pria bisa menimbulkan impotensi, baik langsung
maupun tidak langsung," pungkasnya. Sementara itu, dr. Gde Suardana, SpOG, mengatakan, masalah kesuburan pada pria bisa berupa gangguan pada proses produksi sperma, gangguan pengeluaran sperma, serta adanya defisiensi hormon testosteron. Hal tersebut bisa terjadi akibat kondisi
semenjak lahir (bawaan) atau terjadi setelah dewasa (didapat).
Gde
mengungkapkan, bahwa kualitas kesuburan seorang pria hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan sperma analisa. Caranya dengan
mengumpulkan sprema seorang laki-laki dengan cara masturbasi, kemudian
spermanya tersebut ditampung dan diperiksa dibawah mikroskop.
"Nanti ada kriteria yang normalnya bagaimana, keasamanya bagaimana, jumlah, morfologi, serta gerakan sperma," jelasnya.
Meski
begitu, lanjut Gde, pada dasarnya 75 persen masalah kesuburan pria dapat diperbaiki sehingga memungkinkan untuk terjadinya fertilisasi/pembuahan. Secara garis besar ada tiga hal untuk mengatasi gangguan kesuburan pria. Pertama, mengusahakan pola hidup yang sehat secara fisik maupun pikiran. Kedua, terapi dengan obat-obatan untuk meningkatkan metode tertentu untuk disfungsi ereksi dan gangguan ejakulasi. Ketiga, operasi untuk memperbaiki kerusakan pada organ reproduksi.
(sumber kompas / foto Ist)
0 comments:
Post a Comment