Friday, 22 February 2013

Mengenal Infertilisasi


Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami isteri untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1-2 tahun tanpa kontrasepsi. Menurut dr. Abdullatif, Sp.OG, Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita, kebanyakan masyarakat sekarang ini selalu memposisikan wanita sebagai pihak penyebab kegagalan dalam memperoleh momongan. Padahal, masalah gangguan kesuburan (infertilitas), paling besar berasal dari faktor suami.
"Sekarang ini telah diketahui bahwa gangguan kesuburan (infertilisasi) pada suami, merupakan penyebab utama gangguan kesuburan pada sekitar 20 persen pasangan infertil serta merupakan faktor penunjang yang penting pada 20-40 persen pasangan infertil yang lain," jelasnya, saat seminar awam "Harapan Baru Untuk Mendapatkan Buah Hati", Sabtu, (18/6/2011).

Abdullatif mengungkapkan, gangguan kesuburan pada suami bisa disebabkan oleh berbagai sebab. Sialnya, sebagian besar gangguan kesuburan infertilitas pada suami belum diketahui penyebabnya.
Meski begitu, Abdullatif memaparkan, ada 4 (empat) hal yang umumnya menjadi penyebab gangguan kesuburan pada pria. Pertama, bentuk anatomi dan fungsi organ reproduksi Suami. Gangguan kesuburan pada suami bisa disebabkan oleh kelainan bawaan, infeksi trauma, atau akibat pembedahan. Kelainan bawaan muara saluran kemih pada pangkal bawah penis menyebabkan gagalnya peletakan air mani di vagina dalam.
Kedua, kesehatan tubuh secara umum suami. Diabetes mellitus bisa menyebabkan impotensia dan gangguan fungsi leher kandung kencing, sehingga air mani bukan diejakulasi keluar penis, tetapi masuk ke dalam kandung kencing. Selain itu, penyakit yang menimbulkan panas (demam) bisa mengakibatkan penurunan jumlah sperma dan penurunan motilitas sperma.

Ketiga, pola hidup (kebiasaan) suami. Pola hidup tertentu bisa mempengaruhi kesuburan seorang pria, antara lain: aktifitas fisik yang kurang, gizi kurang, hubungan seksual yang bebas, mengkonsumsi antibiotik (sulfasalazin,eritromisin dan tetrasiklin), sering terpapar secara aktif radiasi elektromagnetik (penggunaan handphone).
Keempat, keadaan kejiwaan suami. Stres kejiwaan yang berlangsung lama bisa menyebabkan penurunan kualitas sperma, dan bagitu pula penanggulangan stres kejiwaan dengan obat anti depresan, bisa menyebabkan penurunan jumlah sperma.
"Tekanan kejiwaan yang berat pada pria bisa menimbulkan impotensi, baik langsung maupun tidak langsung," pungkasnya. Sementara itu, dr. Gde Suardana, SpOG, mengatakan, masalah kesuburan pada pria bisa berupa gangguan pada proses produksi sperma, gangguan pengeluaran sperma, serta adanya defisiensi hormon testosteron. Hal tersebut bisa terjadi akibat kondisi semenjak lahir (bawaan) atau terjadi setelah dewasa (didapat).
Gde mengungkapkan, bahwa kualitas kesuburan seorang pria hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan sperma analisa. Caranya dengan mengumpulkan sprema seorang laki-laki dengan cara masturbasi, kemudian spermanya tersebut ditampung dan diperiksa dibawah mikroskop.
"Nanti ada kriteria yang normalnya bagaimana, keasamanya bagaimana, jumlah, morfologi, serta gerakan sperma," jelasnya.
Meski begitu, lanjut Gde, pada dasarnya 75 persen masalah kesuburan pria dapat diperbaiki sehingga memungkinkan untuk terjadinya fertilisasi/pembuahan. Secara garis besar ada tiga hal untuk mengatasi gangguan kesuburan pria. Pertama, mengusahakan pola hidup yang sehat secara fisik maupun pikiran. Kedua, terapi dengan obat-obatan untuk meningkatkan metode tertentu untuk disfungsi ereksi dan gangguan ejakulasi. Ketiga, operasi untuk memperbaiki kerusakan pada organ reproduksi.

(sumber kompas / foto Ist)

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More