1. Asah imajinasi.
Bermain jual beli kaya imajinasi. Anak boleh jadi akan berperan bak seorang pembeli dengan segenap kebutuhan dan uang di tangan. Atau sebagai penjual di mana ia memiliki sejumlah barang. Aktivitas ini turut mengembangkan daya khayal sang buah hati. Saat menjadi penjual, anak akan menawarkan barang, merayu pembeli, dan lainnya. Demikian juga saat ia berperan sebagai pembeli, ia akan menawar barang, memilih, dan lainnya.
2. Terlatih berbahasa.
Saat jual beli, terciptalah interaksi dan komunikasi antara penjual dan pembeli. Anak belajar berkomunikasi sesuai dengan peran yang dimainkan, baik saat membeli, memilih barang, menawar, menyerahkan uang. Kemampuan berbahasa anak semakin terlatih.
3. Mengenal fungsi uang.
Aktivitas jual beli membuat anak memahami fungsi uang. Untuk mendapatkan barang, ia perlu mengeluarkan uang. Ia pun menjadi tahu, uang memiliki nilai tertentu dan dapat berfungsu sebagai alat tukar.
Meski begitu, nilai nominal yang tertera pada lembar uang belum bermakna bagi anak, namun ia sudah tahu, semakin banyak koin atau lembaran yang dikeluarkan untuk membeli barang, maka semakin mahal barang tersebut.
4. Mengenal nilai benda.
Lewat jual beli, anak tahu nilai benda-benda yang dibelinya. Sekalipun jumlah atau besaran dari uang yang dikeluarkan masih bersifat abstrak, apakah itu jumlag yang besar atau tidak. Namun anak mengetahui bahwa benda itu bernilai karena harus ditebus dengan uang.
5. Memicu jiwa wirausaha.
Kemampuan wirausaha perlu dikenalkan sejak dini. Dengan mengenalkan permainan jual beli, secara tidak langsung, orangtua sudah mengenalkan jiwa entrepreneurship kepada anak. Bagaimana usaha seorang pedagang yang akan menjual barangnya agar cepat laku. Lambat laun seiring peningkatan kognitif anak, maka kemampuan anak untuk berkreativitas dan memahami wirausaha akan semakin kuat.
(sumber kompasfemale / foto Ist)
0 comments:
Post a Comment