Memang agak sulit, terutama jika sebelumnya anak sangat lengket dengan orangtua. Namun percayalah, lama kelamaan batita akan mengerti dan Anda tak akan lagi kesulitan kala hendak meninggalkannya. Nisfie M Hoesein, Psi dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Jakarta memberikan 10 kiat jitu meninggalkan anak di rumah tanpa rewel.
1. Siapkan mental anak.
Ketika Anda sedang berada di rumah pada hari libur, sering-seringlah mengatakan bahwa besok Anda akan pergi bekerja, tetapi kepergian Anda hanya sebentar karena sore akan kembali lagi bermain bersama anak. Alasan mengapa Anda bekerja pun terkadang perlu diungkapkan. "...supaya Bunda dapat uang untuk membeli mainan," misal. Kemudian, minta anak untuk tidak perlu khawatir karena ada pengasuh yang akan menemaninya bermain di rumah. Pengasuh yang menemaninya pun sudah terseleksi, yakni yang bisa dekat dan disukai anak. Selain itu, sejak dini kembangkan kemandirian anak supaya ia tidak cengeng, seperti minum sendiri dari gelas, bisa mengatasi rasa sakit ketika terjatuh, mengambil mainan dari boks, dan lainnya sehingga ia tidak selalu bergantung pada orangtuanya. Ini menjadi modal penting bagi anak untuk bisa tenang saat ditinggal pergi.
2. Rutinitas setiap pagi.
"Tebak, Bunda mau ke mana?" Bertanyalah demikian kepada anak ketika Anda sdah berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Kemudian, jelaskan bahwa setiap pagi Anda akan berangkat kerja dan akan pulang sore hari. Jika hal ini dilakukan setiap hari, anak akan paham bahwa Anda akan berangkat kerja. Intinya, buatlah kepergian Anda untuk bekerja menjadi rutinitas harian yang biasa dilakukan. Mungkin awalnya anak sulit dilepaskan, namun lambat laun ia akan menerima karena sudah menjadi rutinitas. Anak pun tak merasa aneh lagi jika ditinggal pergi. Tak hanya itu, ajak anak bergabung dengan rutinitas pagi yang biasa Anda lakukan sebelum berangkat kerja, seperti makan, bermaik sebentar, lalu mengajaknya berkeliling kompleks, sehingga anak merasakan kebersamaan sejenak yang membuatnya tenang saat ditinggal pergi.
3. Yakin pada diri sendiri.
Kalau Anda yakin anak bisa ditinggal di rumah bersama pengasuh, maka Anda bisa meninggalkannya dengan mantap. Jika Anda sendiri tak tega, tak yakin apakah anak bisa tenang dengan pengasuh, tentulah muncul kekhawatiran yang akan dilihat anak. Akibatnya anak malah akan semakin lengket dengan Anda karena ia tahu orangtuanya tidak mau meninggalkannya. Selain keyakinan diri, dibutuhkan pula pengasuh yang bisa dipercaya. Pilihlah pengasuh yang benar-benar profesional dalam menjalankan pekerjaannya. Kita bisa mengambilnya dari yayasan terpercaya atau rekomendasi dari orang yang tahu benar kualifikasi si pengasuh.
4. Delegasikan ke pengasuh.
Sebagai orangtua, Anda lah yang punya program terhadap segala yang dibutuhkan anak. Delegasikanlah program-program Anda kepada pengasuh selama Anda berada di kantor. Jelaskan apa saja yang harus atau tidak dilakukan oleh pengasuh di rumah. Pastikan pengasuh memahami instruksi yang kita berikan, terutama ketika anak sedang melakukan pengobatan, terapi, atau pantangan-pantangan lantaran penyakit yang dideritanya.
5. Siapkan kegiatan dan mainan.
Jangan lupa siapkan kegiatan anak selama Anda berada di kantor agar ia tak bosan dan membuatnya rewel dengan selalu menanyakan keberadaan Anda. Pilih kegiatan yang bermanfaat tapi menyenangkan buat anak. Semisal melakukan permainan edukatif, membacakan dongeng, aktivitas fisik untuk melatih kemampuan motoriknya. Jangan hanya memfasilitasi dengan tontonan televisi sebab batita butuk aktivitas motorik yang aktif. Untuk mendukung kegiatannya, sediakan mainan yang disukai anak seperti boneka, mobil-mobilan, bola, dan lainnya.
6. Teman bermain.
Anak usia ini mulai senang bersosialisasi. Ia sangat gembira jika bisa bermain dengan teman sebayanya. Karena itu carikan teman bermain untuknya, bisa tetangga rumah atau saudara sepupu yang dapat diajak bermain di rumah. Keasyikannya bermain akan membuatnya lebih tenang berada di rumah sehingga esok bisa dengan mudah ditinggal di rumah.
7. Didampingi kerabat.
Jika anak belum bisa dilepas hanya dengan pengasuh karena ia baru kenal, belum cocok, masih canggung, atau takut, sebaiknya dampingi pengasuh dengan keluarga Anda, apakah nenek, tante, atau orang yang sudah kenal akrab dengan anak. Sambil didampingi, pengasuh belajar dan berusaha dekat dengan anak. Ketika anak sudah bisa lekat dengan pengasuh, ia bisa dilepas sendirian.
8. Minta izin secara baik-baik pada anak.
Awalnya anak memang sulit menerima tapi lambat laun ia akan terbiasa. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan harus berbohong, meninggalkannya secara diam-diam, atau meninggalkannya dengan kasar padahal anak sedang menangis, karena anak merasa ditinggalkan, merasa orangtuanya tidak peduli, tidak sayang kepadanya. Hal ini malah akan membuat anak semakin sulit ditinggal dan ia bisa rewel sepanjang hari di rumah. Jadi, saat hendak pergi, ucapkan salam perpisahan dengan menciumnya, memeluknya, membelainya, mengucapkan salam dan sebagainya.
9. Telepon anak.
Biasakan menelepon ke rumah untuk "say hello" atau menanyakan kabar anak. Sebaiknya jangan tanyakan anak sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, atau sudah tidur siang atau belum. Tanyakan saja apakah ia bermain dengan menyenangkan karena pertanyaan ini lebih menarik untuk batita. Beritahu anak bahwa Anda sedang berada di kantor dan akan segera pulang. Tanyakan kepada pengasuhnya apakah anak dalam kondisi baik atau tidak, berikan solusi jika kondisinya tak baik.
10. Pulang tepat waktu.
Usahakan pulang tepat waktu sebagai wujud janji Anda kepada anak bahwa Anda akan pulang secepatnya. Usahakan pulang sebelum anak tidur sehingga ia bisa merasakan bahwa benar orangtuanya akan kembali lagi. Jika Anda pulang larut dan anak sudah tidur kemungkinan besar ia akan sulit ditinggalkan keesokan harinya. Jika terpaksa pulang larut sebaiknya hubungi anak dan kabari bahwa Anda akan pulang larut malam, lalu berjanjilah bahwa besok akan pulang lebih cepat.
(sumber kompasfemale / foto Ist)
0 comments:
Post a Comment