"Perbedaan keinginan antara orang tua dan anak akan membuat orang tua cenderung melarang anak untuk punya cita-cita sesuai keinginan mereka," ungkap psikolog Evangeline Suaidy, MSi, dalam coaching clinic di Jakarta, beberapa waktu lalu. Padahal sebenarnya, seringkali cita-cita anak ini hanyalah sebatas keinginan yang langsung terlontar tanpa benar-benar serius diinginkan.
Para orang tua sendiri membuat pelarangan tersebut dengan berbagai alasan, termasuk masa depan yang suram dan gaji yang kecil. Namun, Eva mengungkapkan, sebaiknya orang tua tidak melarang cita-cita anak dengan alasan apa pun, terutama saat mereka masih kecil.
"Beri kesempatan mereka untuk berpikir tentang cita-cita dan keinginan mereka kelak. Karena ini akan membantu merangsang kemampuan anak untuk bisa berpikir banyak hal dan mengembangkan otak mereka," tukasnya.
Saat berpikir tentang cita-cita, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkannya. Orang tua bisa menggunakan cita-cita tersebut untuk memotivasi anak dalam mewujudkan apa pun yang mereka inginkan. Eva menambahkan, hal ini akan merangsang kemampuan anak untuk berprestasi dalam belajar dan kehidupan sehari-harinya. Ketika anak dilarang memikirkan cita-citanya, mereka akan merasa dibatasi dan cenderung menjadi malas untuk berprestasi.
"Daripada melarang cita-cita anak, lebih baik orang tua mendukungnya agar si kecil bisa bahagia, dan punya kekuatan untuk menghadapi tantangan dalam mewujudkan cita-citanya," jelasnya.
Anda hanya perlu memberi penjelasan kepada anak tentang berbagai hambatan yang akan dihadapi dalam mewujudkan cita-citanya tersebut. Misalnya, untuk menjadi seorang polisi maka anak harus punya tubuh yang sehat dan kuat, sehingga perlu makan banyak sayuran dan buah.
Selain itu, dengan mengetahui cita-cita anak, justru orang tua jadi punya banyak kesempatan untuk menggali potensi anak lebih dalam, dan mendukung proses belajarnya.
(sumber kompasfemale / foto Ist)
0 comments:
Post a Comment