1. Lakukan introspeksi.
Orangtua merenungkan kembali apa saja yang sudah dilakukannya dalam mendampingi anak mengenal dunianya, sudah tepatkah atau ada yang kurang. Ingat, orangtua adalah contoh/teladan yang paling dekat dengan anak.
2. Luangkan waktu bersama anak.
Sebenarnya, bukan lamanya waktu bersama tapi lebih pada kualitas perhatian yang Anda berikan. Meski hanya sebentar tapi bila tulus, itu lebih baik daripada lama tapi berkesan dipaksakan. Kalaupun Anda benar-benar capek dan butuh istirahat sebentar, baiknya katakan terus terang pada anak, "Sayang, Mama capek sekali. Mama istirahat sebentar ya, nanti malam kita main sama-sama." Namun ingat, janji harus ditepati. Sekali saja ingkar, anak akan sulit lagi percaya dengan Anda.
3. Beri pengertian.
Posisikan anak sebagai rekan yang bisa diajak berdiskusi. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak. Saat berdiskusi, tanyakan pula harapan anak. Kalau perlu buat kesepakatan bersama.Misal, "Mama boleh bekerja, tapi pada hari libur, waktu Mama khusus diberikan untuk Kakak." Dengan demikian anak tetap merasa disayang dan dihargai.
4. Ajarkan anak mengungkapkan perasaan secara positif.
Latih keterampila anak dalam berbicara, sehingga pada akhirnya anak bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya dengan lebih baik. Meski anak belum paham mengungkapkan perasaan, sebaiknya tetap dilakukan. Melati anak mengungkapkan perasaan sejak dini akan membantu anak untuk lebih asertif nantinya.
5. Ajak anak bicara atau diskusi.
Ajak anak bicara ketika rengekan/tangisannya sudah reda atau sedang santai. Kala berbicara atau diskusi, gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Ungkapkan apa yang menjadi keinginan Anda. Misal, "Kalau Kakak mau sesuatu, harus bilang ya, tidak dengan cara merengek. Nah, Kakak maunya apa? Ayo, ngomong sama Mama. Kalau Kakak nangis, bagaimana Mama bisa tahu."
6. Ajari anak untuk menahan keinginan.
Anak harus tahu, tidak semua keinginannya bisa terpenuhi. Anda sebaiknya berterus terang, kenapa tidak bisa memenuhi keinginannya.
7. Beri perhatian pada setiap perilaku baik yang ditunjukkan anak.
Pujilah ketika ia tidak rewel atau saat ia bicara baik-baik dan ungkapkan bahwa Anda senang. Dengan begitu anak jadi tahu bahwa perilakunya yang baik disenangi orang di sekitarnya. Ia pun tahu, untuk mendapatkan perhatian bisa dilakukan dengan cara lain yang lebih baik, tidak dengan merengek.
8. Abaikan perilaku buruk anak.
Mengabaikan anak yang sedang menangis/rewel juga diperlukan. Di sini anak belajar, dengan cara merengek atau menangis, dia tidak akan memperoleh apa-apa. Nanti ketika tangisnya sudah reda, baru Anda datangi dan tanyakan sebab rengekannya. Kalau Anda terlalu hebih atau buru-buru memberi perhatian, anak akan belajar bahwa menangis adalah cara untuk mendapatkan perhatian yang cepat dari orang-orang di sekitar.
9. Bersikap tegas dan konsisten.
Ketika anak ingin sesuatu dan Anda tidak mengizinkan, maka pertahankanlah, sekalipun anak lalu menangis dan merengek. Pasalnya, sekali Anda tidak tegas atau konsisten, anak akan belajar bahwa merengek adalah jalan untuk mendapatkan, apa yang diinginkan. Jadi, saat anak berperilaku negatif, jangan pernah terpancing. Lama-lama anak akan belajar bahwa sikapnya yang demikian tidak akan berhasil "mencuri" perhatian orangtuanya. Agar hal ini efektif sebaiknya dilakukan oleh siapa pun yang berada di lingkungan terdekat, baik itu pengasuh, kakek-nenek maupun om-tante, dan anggota keluarga lainnya.
10. Alihkan perhatian.
Ketika anak merengek, bisa juga Anda membujuknya dengan melakukan kegiatan lain yang menarik perhatiannya/disukainya, seperti membaca buku, melihat tanaman di kebun, main di halaman. Tentu, membujuknya dengan cara yang proporsional, tidak berlebihan.
11. Tidak melabel.
Melabel anak dengan kata-kata "cengeng" tidak lantas membuat anak jadi tidak cengeng. Justru sebaliknya, dengan sering diberi label, anak jadi semakin malas mengubah perilakunya. Dia akan berpikir,"Ngapain berubah jadi enggak cengeng? Aku sudah dicap sebagai anak cengeng, kok!" Jadi, hindari memberi label. Lebih baik, ubah perilaku anak ke arah positif.
12. Hindari kekerasan.
Baik kekerasan fisik (memukul) maupun nonfisik (menghardik, mencaci) harus dihindari, karena bukan menyelesaikan masalah tapi semakin menambah masalah. Anak yang dipukul belum tentu rengekannya jadi reda, biasanya malah semakin keras. Bukan efek jera yang didapat tapi pelajaran bahwa untuk menyelesaikan masalah bisa lewat kekerasan. Ingat, anak adalah peniru ulung. Apa pun yang dilakukan orangtua akan jadi model baginya.
(sumber kompasfemale / foto Ist)
0 comments:
Post a Comment